Kamis, 22 Desember 2016

Makna Kwangen


 
Hasil gambar untuk makna kwangen
Makna Kwangen


Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Pelaksanaan ritual dengan jenis upakara tertentu memiliki makna dan tujuan tertentu sesuai dengan jenis yadnya yang di laksanakan. upakara ritual agama Hindu di bali kaya dengan jenis daan bentuk yang berbeda-beda. baik dari bentuk yang paling kecil dan sederhana, sampai yang paling besar dan rumit. sebagai contoh, dalam pelaksanaan upacara keagamaan atau persembahyangan di butuhkan beberapa sarana, seperti canang sari, daksina, gebogan, dan sebagainya. termasuk juga salah satunya berupa "Kwangen". 
 Kalau dikaitkan dengan aksara suci, Kwangen merupakan sejenis upakara sebagai simbol Tuhan atau "om kara". Kwangen ini adalah suatu tanda atau isyarat agar umat atau bhakta senantiasa mengingat, mengucapkan, dan mengharumkan nama suci Tuhan. Keberadaan Kwangen sangat penting dalam upacara persembhyangan karena memiliki makna simbolik yang di puja yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Dalam lontar Siwagama disebutkan bentuk kwangen sebagai simbol "om kara" dalam bentuk upakara, Kwangen memiliki bentuk yang kecil, yaitu bagian bawah lancip dan bagian atas mekar seperti bunga yang sedang kembang. 

Kewangen terdiri dari beberapa unsur, yaitu :
  1. Kojong, biasanya dibuat dari daun pisang yang dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk kojong. kojong ini apabila kita tekan sampai lempeh maka akan berbentuk segitiga, maka kojong tersebutkan menyimbolkan angka tiga huruf bali (Ongkara Bali).
  2. Pekir, dibuat sedemikian rupa menyerupai hiasan kepala dari tarian janger. Pekir ini dibuat dengan janur dengan bentuk yang bermacam-macam tergantung dari seninya yang membuat. ini merupakan simbol Ulu Ardha Candra dan Nada.
  3. Uang Kepeng (pipis bolong), merupakan simbol Windu. perlu ditekankan disini, apabila menggunakan uang kertas yang di plintir maka akan mengurangi arti dan makna yang ada.
  4. porosan, ditempatkan di dalam kojong tapi agak keatas. porosan terdiri dari tiga unsur, yaitu daun sirih yang merupakan simbol dari dewa Wisnu  (UNGKARA), kemudian buah pinang yang merupakan simbol dari dewa Brahma (ANGKARA), dan unsur yang ketiga adalah kapur sirih yang merupakan simbol dari dewa Iswara / Siwa (MANGKARA). jadi ketiga huruf itu A+U+M = AUM menjadi ONG adalah huruf sebagai simbol dari Tuhan.
  5. Bunga, bunga yang digunakan adalah bunga yang berbau harum dan tidak layu. Bunga merupakan simbol dari rasa cinta kasih dan rasa bhakti.
Cara penggunaan Kewangen yaitu di jepit (dipegang) pada cakupan kedua telapak tangan tepat sejajar dengan ubun-ubun dan menghadap pada diri kita.

Semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk kita semua. :)
Sumber:

Minggu, 18 Desember 2016

Artikel Implementasi Yoga Dalam Mengendalikan Sad Ripu



 
Implementasi Yoga Dalam Mengendalikan Sad Ripu
            Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara ciptaan-Nya yang lain. Hal ini dikarenakan hanya manusia yang memiliki pikiran dan hati nurani yang bias menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Apabila Tri Mala telah menguasai seluruh hidup manusia timbullah kegelapan (awidya) yang mengakibatkan ia tidak mampu melakukan pertimbangan dan akhirnya akan mempengaruhi pandangan hidupnya. Sad Ripu adalah enam musuh dalam diri manusia yang selalu menggoda, yang mengakibatkan ketidak stabilan emosi. Apabila tidak mampu menguasainya maka akan membawa bencana dan kehancuran total bagi kehidupan manusia. Karena itu Sad Ripu patut dikendalikan, salah satunya dengan mengimplementasikan ajaran Yoga.
Memerangi Sad Ripu harus dimulai dengan membatasi keinginan atau Kama, karena Kama yang berlebihan merupakan sumber dari penderitaan, baik terpenuhi ataupun tidak. Dengan terkendalikannya Kama tersebut, maka otomatis elemen-elemen akan sulit berkembang sehingga kita terhindar dari kehancuran dan Sang Diri Sejatipun akan menampakkan jati dirinya. Untuk mengatasi keinginan atau Kama tersebut, maka dapat dilakukan pengekangan hawa nafsu yang berlebihan dengan melakukan latihan Yama (pengendalian diri tahap awal / pertama). Apabila pengendalian tingkat pertama (Yama) telah berhasil, maka dapat dilakukan dengan melakukan pengendalian tingkat selanjutnya yaitu Nyama. Nyama adalah pengendalian diri tahap lanjut yang bersifat aturan perilaku pribadi yang akan membawa perubahan.
Bila dihubungkan dengan konsepsi ajaran Catur Marga Yoga, dapat diuraikan mulai dari ajaran Bhakti Yoga yaitu jalan untuk menghubungkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) dengan mengutamakan penyerahan diri dan pencurahan rasa yang tulus untuk mencapai jagadhita dan moksa. Dengan melakukan penyerahan diri kepada-Nya maka kita akan dapat mengendalikan diri agar tidak merasa sombong yang akhirnya akan membawa pada kegelapan, kebingungan dan kemabukan yang mengakibatkan tidak dapat menyelesaikan tugas dengan sempurna. Disamping itu juga ajaran Bhakti Yoga dapat pula memberikan tuntunan kepada manusia dalam membentuk sikap percaya diri terutama yang menyangkut sikap percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ajaran ini memberikan keyakinan kuat kepada diri sendiri karena Tuhan akan selalu memberikan jalan terbaik selama dalam jalan Dharma. Ajaran Bhakti Yoga di samping merupakan jalan secara vertikal adalah sarana menghubungkan diri kepada Tuhan untuk mencapai moksa, juga secara horizontal dapat membentuk kepribadian umat manusia yang positif dengan sesama, misal sikap percaya diri, sikap tidak sombong, takabur dan sikap tidak angkuh/iri hati. Dengan ilmu pengetahuan atau melalui ajaran Jnana Yoga seseorang dapat mengusir kegelapan pada dirinya. Dengan pengetahuan pula segala hakekat hidup dan kehidupan dapat dimengerti dengan baik. Selain itu, ajaran Raja Yoga adalah merupakan suatu jalan, cara atau usaha untuk mencapai kebebasan tertinggi yaitu jagadhita dan moksa yang berdasarkan atas latihan-latihan atau pengendalian pikiran yang baik dan berkelanjutan, dengan dasar dapat mengendalikan diri terhadap hal-hal negatif dalam diri menjadikan manusia bersahaja, tenang, simpati, dan percaya diri terhadap situasi apapun.